Running outside

Masih gak bisa tidur, padahal udah diingetin gak boleh bergadang. Habis bagaimana, fikir ini berkelana entah kemana..blogwalking..menemui perkataan, pernyataan, pertanyaan, yang dirunut vokal konsonan, disusun kata per kata, dibangun baru jadi kalimat. Yang kesemua-semuanya harus dihubungkan lagi dengan neuron yang jejalkan makna pada keseluruhan simpul syaraf lainnya.

Sedang bingung kah aku, sedang di persimpangan kah, sejak kapan pula aku turun dari busur panah yang melesat begitu kencang, jatuh pada tangan dua kanak, yang bingung tempatkan busur dimana, dan di akhir cerita, busur berpindah di balik lukisan, aman tersembunyi dan bahkan bertukar dengan suatu yang lebih menarik, sebutir telur yang entah kapan menetas.

Jangan bingung dan bahkan tak perlu dilekatkan mata pada ingat pada otak pada makna pada arti pada tanya. Itu hanya kilas balikku sewaktu kecil di hq 121. Playing around with my bro, hiding my grandpa's stuff..aah, aku lupa ceritakan ini. Sebuah teori terbaru dari perbincangan seringan bungkus kacang rebus.

Kenapa semakin maju jaman ini, semakin sulit ditemukannya pria2 yang gentle. Dalam arti kata, mereka yang sanggup menerima penolakan dan tetap bersikap baik seperti sebelumnya. Menghadapi masalah tidak dengan lari, tetapi berbicara face to face. Tidak perlu memutuskan hubungan lewat sms, membalikkan barang dengan sistem colongan alias gak mau tatap muka, tidak terima telpon dan tidak balas sms.

Rupa2nya mereka semua itu (yang kuharapkan tiada satu pun dari golongan itu yang tengah membaca tulisan ini, poor them..) adalah orang2 yang tidak mendapat tempaan mental dari rumah. Kebanyakan dari mereka, dan tentu dapat ditarik benang merah darinya, adalah orang2 yang pergi dari rumah, minggat atau baik2. Mereka yang tidak mampu hadapi konflik di rumah mereka sendiri. Jadi mereka terbiasalah bersikap demikian. Biarkan saja semuanya terbawa angin. Yup, they wish...

Jadi..rupanya kehidupan di luar sana masih lebih aman dibandingkan apa yang bisa terjadi di dalam rumah.. =)